Sabtu, 15 September 2012

JAS HUJAN MATAHARI



PANAS ! PANAS !
Memang sedang musim kemarau kan? Biasanya kalau musim kemarau kan panas? Iya, ada mataharinya? Terik Bodoh! Terus rasanya seperti apa kalau sudah masuk jam 12-1 siang? Rasanya dingin? PANAS BODOH!

Tidak perlu lah kalian bayangkan panasnya seperti apa, kalian rasakan saja misalnya ada orang yang berjemur jam 12 siang. Mungkin kalian sebut orang yang berjemur itu gila. Tapi masa gila? saya pun berjemur dengan orang banyak di bawah matahari. Bukan berjemur untuk mengeksotiskan kulit tapi berjemur dengan tidak sengaja yang boleh disebut itu sedang macet.

TAT TET TOT ! Itu lah bunyi klakson yang cukup fals yang sering saya dengar dijalan. Sudah tahu itu kan Bandung. Kalau tidak macet itu tidak keren. Saat itu saya akan mengakadkan pulang dari Bandung ke Subang. Tahulah kalian bahwa saya itu orang Subang asli. Apa itu Subang? Ah saya juga tidak terlalu tahu tentang Subang, yang saya tahu teman-teman bilang bahwa Bupati Subang dipenjara karena korupsi. Tapi tidak mengapalah, tidak perlu saya membanggakan Bupati yang telah dipenjara, tetap saja saya mencintai Subang yang klasik (jalan berlubang).

Saya cukup sabar dalam keadaan macet, hal ini terbukti bahwa saya tidak membunyikan klakson motorku. Kalau kalian hitung berapa motor atau berapa mobil yang membunyikan klakson tentulah tidak bisa dihitung pakai tangan. Atau kalian fikir bahwa mereka itu adalah makhluk tuhan yang tidak sabar? Atau jangan-jangan mereka itu baru punya kendaraan? Atas kekatroannya mereka membunyikan klakson seenak mereka.

Bayangkan kalau kalian mengendarai motor sendiri tanpa ada teman , pastillah kalian pun merasa sendiri, dan merasakan bete yang cukup tinggi. Saya pun sama, wajarlah manusiawi.  Kalau saya sedang mengendarai motor sendiri pasti ada banyak dilakukan untuk menghibur diri sendiri. Termasuk nyanyi dangdut dan hip hop, menyebabkan saya berjoged-joged diatas motor.

Tapi tidak dengan hari itu, otak pun bekerja dengan rotasi uluminati hingga mencapai inovasi dan kreatifitas dalam diri untuk melakukan sesuatu agar tidak bete diatas motor. Saya ingat kembali bahwa tadi dijalan pas macet orang-orang bilang PANAS. Dan muncul lah ide.

Ngeng. Motor di berhentikan dibahu jalan Cimbeuleuit. Lalu tak lama saya buka jok motor dan mengambil jas hujan. Buat apa? Untuk di pakai lah. Kan itu panas? Sengaja biar orang-orang semua liatin ke arah saya.
Itu pun terjadi, orang-orang terbengong aneh melihat saya mengendarai motor pake jas hujan padahal hari itu matahari sangat terik-teriknya. Mungkin ada yang bilang bahwa saya gila. Mungkin ada juga yang menganggap bahwa saya paranormal yang tahu bahwa setelah panas terik akan ada hujan. Mungkin ada juga yang tidak menganggap saya. Tapi tidak mengapa, kalian kan tahu, saya melakukan hal seperti itu agar saya tidak bete. Terbukti orang-orang di pinggir jalan atau orang yang mengendarai kendaraan melihatku dengan tatapan yang aneh.

“Anjirt” kata saya kepada motor.
Tiba-tiba motor ingin di isi dengan bensin. Tidak fikir panjang, saya pun langsung menemui POM bensin di daerah dekat kota Subang.
“Mau di isi berapa a?”
“Full Thanks” kata saya.
“Mba disini gak hujan?” tanya saya.
“Aduh a, hujan dari mana a? Panas gini atuh a. Emang aa kehujanan dimana? Di kebun teh?” (kebun teh adalah jalan yang sering dilewati sebelum subang kalau dari arah bandung. Cuacanya lumayan dingin)

Bensin pun sudah terisi full. Saya tidak ingin melanjutkan perbincangan. Karena saya sedang malas ngomong. Biar si mba yang isi bensin bilang bahwa saya itu sombong. Dan saya pun menyimpulkan bahwa si mba itu telah suudzon. Kalau kata saya, saya itu tidak sombong.

Dan perut pun terasa lapar ketika dijalan banyak senyum lihat orang yang memandangi terus menerus kearah saya. Motor pun harus parkir dengan rapih dekat makanan yang hendak saya beli. Makanan apa itu, semacam pisang isi coklat (piscok).
“Mang, 5000.” Minta saya.
“Oke A. Hujan dimana a?”
“Nggak hujan mang. Ini sih panas”
“Emang panas atuh a. Terus kenapa pake jas hujan?”
“Takut dijalan tiba-tiba hujan.”
“Ini kan musim panas a? Masa hujan?”
“Memang iya. Kalau tiba-tiba hujan gimana?” tanya saya.
“Turun dulu dari motor terus pake jas hujan a.”
“Nah! Saya gak mau turun dulu dari motor jadi langsung aja pake jas hujan. Jadi kalau hujan tinggal langsung meneruskan perjalanan, Mang!”
“hahaha, si aa bisa aja.”

Kejadian tahun 2011, Kejadiaannya sudah lupa. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar